Tazkiyah : Akibat Menunda Taubat
Oleh (Santri Ali Bin Abi Thalib Purbalingga)
Dalam aksinya menggoda umat manusia, setan senantiasa mengintai setiap keping masa. Tidak berlalu satu detik pun kecuali setan akan berusaha membisikkan rayuan untuk berbuat maksiat.
Sesekali, godaan itu bisa dienyahkan. Tetapi pada kesempatan yang lain pengaruh buruk setan bisa begitu kuat mendominasi. Ajakan sesat pun berhasil menunggangi hawa nafsu yang begitu kuat.
Sehingga terkadang satu jenis kemaksiatan dilakukan berulang-ulang kali meski sudah diusahakan sekuat tenaga untuk dijauhi. Halus. Lembut. Licik. Seperti itulah sifat dari jebakan iblis dalam menjerat anak cucu Adam.
Kegagalan dalam bertaubat biasanya disebabkan karena memudarnya cahaya ilmu dan iman. Indikasi dari pudarnya cahaya ilmu adalah lupa akan akibat buruk dari dosa yang bertumpuk.
Sedangkan indikasi pudarnya cahaya iman adalah keterpedayaan atau merasa aman dari hukuman Allah yang bisa saja datang secara tiba-tiba.
Maka dari itu, diperlukan sentuhan tadzkirah agar kemilau cahaya ilmu dan iman semakin berpendar menerangi jiwa.
Berikut sajian singkat yang memaparkan beberapa poin ‘Akibat Menunda Taubat.’ Semoga bisa menjadi amunisi seorang mukmin dalam perang batin saat menghadapi serangan-serangan setan yang begitu gencar menggempur benteng ketakwaan.
Pertama, Hati Menjadi Gelap dan Keras
Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits bahwa setiap dosa yang dilakukan manusia akan menyebabkan kemunculan noktah hitam di dalam hati.
Semakin sering bermaksiat maka semakin banyak titik-titik hitam yang membuat hati semakin suram.
Jika dibiarkan, hati akan gelap dan keras yang pada akhirnya membuat seseorang tidak mau menerima nasihat, selalu mengikuti hawa nafsu, dan menganggap benar sesuatu yang salah.
Hati yang gelap karena dosa, ibarat mata yang ditutupi dengan kain sehingga tidak melihat apa-apa kecuali kegelapan. Kondisi seperti ini menyebabkan seseorang tidak bisa membedakan antara haq dan bathil, baik-buruk, benar-salah.
Sedangkan hati yang keras karena dosa, ibarat batu. (Al-Baqarah: 74). Para mufasir menjelaskan kenapa bukan besi yang dipilih sebagai permisalan. Sebab bila besi dipanaskan ia akan meleleh. Sedangkan batu, jika dipanaskan tetap keras dan tidak hancur.
Hudzaifah al-Mar’asyi dan Malik bin Dinar mengatakan, “Tidak ada satu hukuman lebih berat yang Allah timpakan kepada seorang hamba, melebihi hati yang keras.” (Tafsir al-Baghawi, 7/115. Hilyatul Auliya’, 10/168)
Sehingga siapa pun yang menunda taubat padahal sinyal hidayah berkali-kali datang menyapa, maka hatinya akan semakin keras (berpaling dari kebenaran).
Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya, “Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.” (QS. Ash-Shaff: 5)
Kedua, Dada yang Sempit
Orang yang diberi nikmat berlimpah tapi selalu merasa kurang bahkan dirundung gelisah, boleh jadi hartanya tidak berkah. Walaupun secara fisik terlihat sehat, segar, bugar, tapi batinnya merana, jiwanya meronta, terasa sempit dadanya.
Itulah hukuman bagi mereka yang tersesat karena menunda taubat. Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya, “Barang siapa yang Allah kehendaki akan diberi petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam.
Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al-An’am: 125)
Ketiga, Dicabutnya Ilmu
Dosa menghalangi keberkahan ilmu. Disebabkan satu dosa, ilmu bisa hilang dari diri seseorang. Indikasi tercabutnya ilmu adalah sulit memahami ajaran-ajaran pokok dan mendasar dalam agama ini, serta malas belajar ilmu agama.
Pada saat yang bersamaan ia justru membuang-buang waktu untuk sesuatu yang tidak bermanfaat. Ini salah satu ciri orang yang dibenci Allah sampai-sampai Allah berpaling darinya.
Sebagaimana disebutkan oleh Imam al-Ghazali, “Tanda bahwa Allah berpaling dari seorang hamba-Nya adalah seseorang disibukkan dalam urusan yang tidak bermanfaat baginya.”
Keempat, Kehilangan Jati Diri
Allah berfirman, ”Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hasyr: 19)
Maksud “lupa kepada Allah” adalah melanggar dan menyepelekan syariat. Sedangkan maksud “Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri” adalah kehilangan jati diri; lupa tujuan diciptakannya, dari mana ia berasal, ke mana ia akan kembali, sehingga lupa akan kewajiban-kewajiban yang harus ia tunaikan.
Kelima, Dibiarkan Tersesat
Jika seorang hamba sudah terlalu sering bermaksiat dan selalu menunda taubat, pada akhirnya Allah akan membiarkannya tersesat dan berkawan dengan setan.
Sebagaimana firman-Nya yang artinya, “Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al-Qur’an), kami adakan baginya setan (yang menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.”
Inilah lima hukuman yang akan diberikan kepada para pendosa yang tidak segara kembali menuju Allah. Sangat mungkin ada banyak jenis hukuman lain yang mengintai jiwa-jiwa lalai.
Tetapi rahmat Allah jauh lebih luas dari pada murka-Nya. Maka marilah berlari menuju Allah, mengejar ampunan-Nya, dan meraih cinta-Nya.
Sesungguhnya Allah mencinta orang-orang yang bertaubat. Inallaha yuhibbut tawwabiina wa yuhibbul mutatahhiriina.
Wallahul muwaffiq ilaa aqwamith thariiq.